Sabtu, 28 Januari 2012

cerpen


Ratapan Dernan
Oleh : Putri Lestari

S
epi,sedih,sunyi. Mungkin itu yang dirasakan oleh wanita tua yang menghabiskan hari-harinya di hotel prodeo. Taka da lagi hidup mewah,taka da lagi sanak keluarga,tak ada lagi teman yang dapat menghibur hati lara  yang kian mendera dari hari kehari.sejam terasa sehari,sehari terasa seminggu,seminggu terasa sebulan. Begitu lama memang jika berada dalam jeruji besi. Badannya yang dulu kencang,kulitnya yang dulu putih,wajahnya yang dulu cantik seakan sirna karena fikiran yang terlalu banyak dan batin yang tersiksa. Setiap malam ia tidak bisa tidur,setiap malam ia meratapi nasibnyayang akan menghabiskan akhir hayatnya di dalam penjara. Setiap malam ia selalu mengadu kepada sang khalik yang dulunya tak pernah ia lakukan. Setiap malam ia menangis, namun taka da satupun yang mau mendengar dan memperdulikannya. Ia semakin tua,ia semakin lemah,tapi sayang ia harus menghabiskan hari-harinya selama seuluh tahun lagi. Sudah lima tahun belakangan ini boleh di hitung orang yang mengunjunnginya. Ia sangat rindu,kepada anak dan suaminya. tapi tidak bagi mereka, suami yang sangat dicintainya kini menikah dengan wanita muda yang cantik. Suami dan anak-anaknya kini hidup bahagia menggunakan harta yang ia cari dengan pengorbanan.
Ini berawal dari kebiasaan buruknya yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kesenangan semata. Ketika ia masih sekolah, wanita tua ini selalu mencari cara agar nilainya tinggi. Mulai dari menyontek hingga mencari muka serta menebar fitnah temannya. Selain itu untuk mendapatkan suami saja, ia merebut suami adiknya yang lebih muda dari dia lima belas tahun. Kebiasaan ini terus berlanjut ke perguruan tinggi hingga bekerja. Ketika bekerja ia selalu mencari muka dan penjilat kepada atasannya sehingga ia cepat naik pangkat. Setelah mendapat jabatan yang tinggi ia lupa akan Tuhan yang selalu melihat dan mengawasi dirinya. Ia tidak takut untuk menggelapkan uang mulai dari dua ratus juta rupiah hingga tiga puluh triliun rupiah sampai akhirnya di jebloskan ke dalam penjara oleh lembaga KPK.
Menderita gara-gara uang adalah ungkapan yang sangat pantas untuk Dernansia Avojia yang kini tak ada lagi wibawa. Padahal ketika ia menjadi pemimpin sebuah perusahaan ia selalu di puja pleh bawahannya, dan begitu juga ketika di rumah ia selalu di sanjung oleh sanak keluarganya.tapi sayang seribu sayang taka da yang menyangka nasib Dernan akan begini. Ia akan menghabiskan masa tuanya di balik jeruji besi tanpa kehangatan keluarganya.
Kini Dernan sadar atas semua perbuatan yang telah ia lakukan. Semua perbuatannya akan dapat ganjaran baik di dunia maupun akhirat.
“Finya,bangun…bangun…”,teriak ibuku yang membangunkan aku dari mimpi burukku. “iya ma…”jawabku lemah.
Aku tidak tau mengapa aku bisa bermimpi seperti itu. Mungkin kemarin di sekolah aku berniat mencontek ketika ulangan Matematika. Hahhh… aku tidak ingin bernasib sama degan Dernan. Aku akan berusaha dengan jalan yang baik untuk mencapai kesuksesan diriku.
“Finya bangun sayang…segera mandi nak ”,teriak ibuku lagi yang membangunkan tidurku. “iya ma…sudah bangun kok”,jawabku.